Masyarakat Bali Punya 5 Tradisi Unik pada Hari Raya Nyepi, Bisa Menarik Banyak Wisatawan
Bagikan:
Pada tanggal 22 Maret 2023, umat Hindu di seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Nyepi, termasuk di daerah Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Hari Raya Nyepi adalah hari suci bagi umat Hindu yang diisi dengan berbagai kegiatan dan tradisi yang unik.
Di Bali, ada beberapa tradisi yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah Hari Raya Nyepi yang menarik minat wisatawan. Berikut adalah 5 tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Bali selama Hari Raya Nyepi.
Melasti
Melasti adalah tradisi yang biasanya dilakukan oleh umat Hindu pada 2 atau 3 hari sebelum Hari Raya Nyepi. Melasti berasal dari kata “mala” yang berarti kotor dan “asti” yang berarti dibersihkan, sehingga berarti membersihkan semua hal keburukan untuk mencapai kebaikan, keheningan, dan keharmonisan dalam alam semesta. Pada tradisi ini, umat Hindu akan menuju ke samudera, pantai, atau sumber-sumber mata air untuk membersihkan segala kekotoran.
Tawur Kesanga
Tawur Kesanga adalah tradisi pengorbanan yang biasanya dilakukan tepat sehari menjelang Hari Raya Nyepi. Tradisi ini bertujuan untuk menjauhkan alam dan dunia dari bhuta kala serta malapetaka. Di beberapa daerah di Bali, wisatawan bisa menyaksikan tradisi ini mulai dari tingkatan provinsi hingga kecamatan, desa, dusun, maupun caru di masing-masing rumah pribadi.
Pengerupukan
Pengerupukan adalah tradisi yang dilakukan pada malam sebelum Hari Raya Nyepi. Pada tradisi ini, umat Hindu mengarak ogoh-ogoh yang kemudian dirusak maupun dibakar sebagai simbol dari malapetaka dan bhatara kala, agar terhindar dari mala petaka itu. Wisatawan juga dapat menyaksikan tradisi ini ketika berkunjung ke Pulau Dewata.
Catur Brata Penyepian
Catur Brata Penyepian adalah tradisi puncak dari Hari Raya Nyepi yang dimulai pada jam 6 pagi dan berlangsung selama satu hari penuh atau 24 jam. Pada tradisi ini, umat Hindu dilarang untuk melakukan 4 hal yaitu menghidupkan api atau lampu, melakukan aktivitas apapun, mengkonsumsi makanan maupun minuman, dan meninggalkan rumah masing-masing. Hal ini bertujuan untuk menjernihkan pikiran dan mengheningkan diri.
Tradisi Ngembak Geni dan Omed-Omedan
Setelah selesai melaksanakan Catur Brata Penyepian, umat Hindu akan melakukan tradisi Ngembak Geni, yang artinya secara bebas menyalakan api maupun penerangan. Pada tradisi ini, umat Hindu biasanya akan menjalankan silaturrahmi dan saling meminta maaf satu sama lain. Selanjutnya, setelah tradisi Ngembak Geni, ada tradisi Omed-Omedan yang dilakukan di daerah Sesetan, Denpasar. Pada tradisi ini, para anak muda yang belum menikah akan dibagi menjadi dua kelompok yang kemudian saling tarik menarik dan berpelukan satu sama lain dari dua kelompok tersebut.
Ketika Hari Raya Nyepi tiba, suasana di Bali terasa lebih hening dari biasanya. Umat Hindu tidak akan melakukan aktivitas apapun selama 24 jam. Hal ini juga diikuti oleh masyarakat Bali yang mematikan data seluler masing-masing. Pada tradisi Catur Brata Penyepian, suasana Bali menjadi sangat hening dan sepi karena tidak ada aktivitas di luar rumah.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana Hari Raya Nyepi di Bali, sangat disarankan untuk menghormati tradisi dan aturan yang berlaku selama Hari Raya Nyepi. Namun, para wisatawan tetap dapat menikmati beberapa tradisi unik yang ada di Bali, seperti Melasti, Tawur Kesanga, Pengerupukan, Catur Brata Penyepian, Ngembak Geni, dan Omed-Omedan.
Dengan demikian, Hari Raya Nyepi di Bali tidak hanya menjadi momen sakral bagi umat Hindu, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan tradisi unik dan mengenal budaya Bali lebih dalam.