Refleksi Perjuangan dan Pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Keluarganya

Nabi Ibrahim AS merupakan salah satu dari Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk Kaum Babylonia (Iraq) dibawah kekuasaan raja Namrud yang kejam. sejak bayi ia harus berjuang untuk menghindari kekejaman raja Namrud yang pada saat itu setiap bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh. Itu dikarenakan ramalan dari para ahli nujum dan dukun yang mengabarkan kepada raja bahwa akan ada bayi yang kelak akan membawa agama baru dan akan menghancurkan berhala-hala yang menjadi tuhan-tuhan sesembahan ketika itu. Tidak hanya itu, bayi itu juga akan menghancurkan kekuasaan raja Namrud dan seluruh kerajaannya. tetapi karena kekuasaan Allah SWT Nabi Ibrahim AS bersama ibunya diasingkan dan tinggal disebuah gua untuk menghindari kejaran dari kekejaman raja Namrud dan pengikutnya.

Perjuangan dan kegelisahan Ibrahim AS terhadap kesesatan agama masyarakatnya telah tumbuh sejak masa kanak-kanak, Bagaimana tidak, Ibrahim kecil yang sudah kritis, tajam dan cerdas ketika Ibrahim berdialog dengan ibunya menanyakan eksistensi Tuhannya. ibunya pun kewalahan dan tidak mampu menjawab secara tuntas segala pertanyaan-pertanyaan Ibrahim kecil. Begitupun Ibrahim kecil pernah bertanya kepada ayahnya sendiri sebagai pembuat patung sesembahan masyarakatnya pada saat itu, namun jawaban-jawabannya tidak sesuai dengan keinginan seorang Ibrahim kecil.

Sejak usia dini Ibrahim AS telah dianugerahkan oleh Allah SWT ketajaman berpikir dan kecerdasan akal. Semua itu mengantarkannya pada kemampuan menyimpulkan hakikat-hakikat yang ada dibalik semua yang diamatinya. itu adalah bentuk penjagaan Allah SWT dan hidayah dari-Nya atas diri Ibrahim AS, seperti yang dijelaskan dalam Qur’an surah Al-Anbiya sebagai berikut:

“Dan (demi keagungan dan kekuasaan Kami), sungguh Kami telah menganugerahakan kepada Ibrahim hidayahnya yang sempurna (masa kedatangan Nabi Musa AS. dan Nabi Harun AS.) dan adalah Kami Maha Mengetahui (segala keadaannya)-nya” (QS. an-Anbiya [21]: 51)

Ketika Ibrahim berusia empat puluh tahun Ibrahim AS diangkat menjadi Nabi, sebagaimana firman Allah SWT. “… sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai empat puluh tahun..” (QS. al-Ahqaf [46]: 15).

Penghancuran Patung-Patung sebagai Perlawanan Terhadap Kejahiliaan dan Kesyirikan

Nabi Ibrahim AS menghancurkan patung-patung yang dibuat oleh ayahnya ketika masyarakatnya merayakan upacara keagamaan. sebagaimana Al-qur’an menjelaskan bahwa “Lalu, (ketika Ibrahim as. diajak oleh kaumnya yang musyrik agar berangkat bersama mereka merayakan suatu upacara keagamaan), dia memandang sekali pandang kepada bintang-bintang. Maka, dia berkata (kepada kaumnya sebagai alas an untuk menolak ajakan mereka): “Sesungguhnya akau sakit.” Lalu, mereka pun berpaling darinya denga membelakang (yakni, meninggalakn Nabi Ibrahim as. sendirian)” (QS. ash-Shaffat [37]: 88-89).

Setelah luput dari masyarakatnya akhirnya Nabi Ibrahim AS pergi mengambil sebuah kapak, lalu dihantamnya patung-patung itu dengan sekuat tenaga hingga hancur berkeping-keping.

Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (QS. 21.58).

Pembakaran Hidup-hidup dan pertolongan Allah swt.

Ketika Ibrahim AS diadili oleh raja Namrud dan kaumnya dengan dibakar hidup-hidup. pada saat dirinya dibakar, datannglah pertolongan Allah SWT kepada Ibrahim seraya ia berdo’a meminta pertolongan kepada Allah SWT “Wahai Tuhan sesembahan-Ku, Engkaulah satu-satunya (yang aku sembah) di langit dan akulah satu-satunya (yang menyembah-Mu) di bumi. Wahai Yang Maha Esa, wahai Sang Tumpuan Harapan. Dari-Mu aku meminta air (penyiram api), kepada-Mu aku meminta pertolongan, dan kepada-Mu aku bertawakal. Cukuplah Allah untukku dan (Dialah) sebaik-baik Yang Maha Penolong. Cukuplah Allah untukku. Tidak ada Tuhan selain Dia. Kepada-Nya aku bertawakal. Dan, Dialah Tuhan Pemelihara Arasy Yang Mahaagung.” Mendengar doa Ibrahim as. tersebut, apipun berseru: “Wahai Tuhan Pemeliharaku, Engkau telah menetapkanku tunduk kepada keturunan Adam sehingga mereka membuatku (harus) membakar Nabi-Mu!” Maka Allah swt. pun berfirman: “Hai api! Dinginlah (dan jadilah) keselamatan bagi Ibrahim!” (QS. an-Anbiya [21]: 69)

Itulah perjuangan Ibrahim as dalam menegakkan tauhid dan Agama Allah swt. meskipun harus menghadapi berbagai ujian, tantangan dan rintangan.

Setelah Ibrahim AS dibakar hidup-hidup sebagai hukuman oleh raja Namrud ( raja Syawaji versi sejarah yang lain), Ibrahim AS melakukan safari hijrah ke utara yaitu kota Haran.

Perjuangan Seorang Ibu dan Munculnya Mata Air Zamzam

Ketika Siti Hajar dan bersama bayinya Ismail as harus ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim as di Mekkah, gunung Qubaisy, antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah ditempat tersebut keduanya harus menghadapi gersangnya padang pasir, daerah yang kering, pohon-pohon tidak ada yang tumbuh, rumputpun sangat sulit untuk tumbuh didaerah padang pasir tersebut, sehingga ditempat itu tidak ada kehidupan, panas teriknya matahari dan ketika mengalami kehausan ditengah terik panasnya matahari dan kesulitan menemukan air. Akhirnya Siti Hajar meninggalkan anaknya sendirian demi pergi mencari air sehingga harus naik turun bukit Shafa dan bukit Marwah, ia terus bolak-balik antara kedua bukit itu hingga tujuh putaran dengan hasil yang tetap sama tidak mendapatkan air. Disaat kesulitan mendapatkan air Hajar kembali ke tempat di mana Isma’il as berada. Saat berjalan mendekati bayinya, ia melihat air memancar dari bekas jejakan tumit kaki Isma’il as. semakin lama, pancaran air itu semakin menderas. Ia dan Isma’il as pun melepas dahaga. Ketika pancaran air itu semakin menjadi-jadi, Hajar berseru, “Menderaslah, menderaslah (zummi, zummi)!, wahai air yang diberkati!” Sejak saat itulah, air yang memancar tersebut diberi nama Zamzam. Sekarang air Zamzam tersebut tidak pernah kering dan bahkan sampai akhir zaman sebagai bentuk anugerah Allah swt untuk umat manusia.

Melawan Tipu Daya setan, Ketaatan Ibrahim as dan Kepatuhan Ismail as

Kisah penyembelihan Ismail as oleh ayahnya sendiri Nabi Ibrahim as dimulai dari mimpi. Ibrahim as. melihat dirinya, di dalam mimpi, menyembelih putranya. Pada saat itu Nabi Ibrahim as mendapatkan perintah dari Allah swt. bahwa anaknya tercinta Ismail as untuk di sembelih. Pada saat yang sama datang seorang iblis untuk mempengaruhi dan menggoda Ibrahim, istrinya Siti Hajar dan anaknya Ismail as. iblis yang terus ingin menghalangi Ibrahim as akhirnya Iblis dilempar oleh Ibrahim as dengan menggunakan tujuh batu kecil hingga setan pun pergi. Beberapakali dilakukan hal seperti itu, sehingga ketika orang berhaji dikenal dengan lempar jumrah untuk melawan dan mengusir setan, setan pun gagal melarang Ibrahim dan keluarganya untuk tidak menyembelih anaknya Ismail as.

Ketika Nabi Ibrahim as menyampaikan tentang mimpinya kepada anaknya Isma’il as. Ismail as. yang mengetahui bahwa mimpi seorang nabi adalah benar berkata kepada Ibrahim as. dengan penuh kepatuhan menerima perintah itu. “Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu.” Selanjutnya, Ismail as. pun berkata:

“Engkau akan mendapatiku, Insya Allah, termasuk para penyabar” (QS. ash-Shaffat [37]: 102)

Setelah keduanya sudah bersepakat dan bersedia untuk menunaikan perintah Allah swt. sehingga tibalah Ismail untuk disembelih dengan menggunakan sebuah pisau, Ketika akan disembelih pisau sudah diletakkan dilehernya Ismail as. tiba-tiba datanglah sebuah seruan: “Tahanlah, wahai Ibrahim, engkau telah membenarkan mimpi itu!” Ibrahim as. mengangkat kepalanya ke atas dan melihat seekor kibas turun kearahnya, seekor kibas yang besar!

Akhirnya proses penyembelihan Ismail as dihentikan dan selanjutnya, Ibrahim as. pun menyembelih kibas itu sebagai pengganti putranya, seekor kibas atau ada juga yang menyebutnya sebagai seekor domba. Hari itulah yang kelak disebut dengan Yaum an-Nahr (hari penyembelihan), hari di mana para pekurban menyembelih hewan-hewan kurban mereka.

Mendirikan Baitullah, Khitan dan perintah Ibadah Haji

Setelah Baitullah didirikan oleh Ibrahim as bersama keluarganya. Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah SWT, agar memanggil kaum muslimin untuk menunaikan ibadah haji, mengunjungi Baitullah, baik yang dekat dengan Ka’bah maupun yang jauh, sesuai surah Al-Hajji ayat 27, “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” Pada saat berusia 90 tahun (sebagian riwayat menjelaskan pada usia 80 tahun), Nabi Ibrahim menerima perintah Khitan, maka Nabi Ibrahim pun mengkhitan dirinya. Sedang Ismail di khitan pada usia 13 tahun (dalam kitab Injil Barnabas diterangkan, dulu Nabi Adam AS, berdosa setelah memakan buah yang dilarang Allah, buah Khuldi, setelah bertobat, dan diampuni dosanya oleh Allah, Nabi Adam bernazar, akan memotong sebagian dagingnya, kemudian Malaikat menunjukkan bagian daging yang dipotong, yakni pada bagian yang dikhitan). Selanjutnya khitan menjadi syariat agama Islam.

Disana, umat manusia dapat bertawaf seraya melantunkan pujian kepada Allah Yang Mahatinggi. Disana, umat manusia mendirikan shalat yang diwajibkan Allah atas mereka seraya bertaubat dari seluruh dosa sehingga Allah melimpahkan untuk mereka ampunan, limpahan kebajikan, dan pahala. Ibrahim as. mengharapkan pula agar setiap orang yang menunaikan haji ke Baitullah merenungkan pula hikmah dibalik turunnya perintah Allah kepadanya untuk menyembelih Ismail as., juga merenungkan peristiwa dilemparnya setan olehnya saat makhluk terkutuk itu berusaha menipudayanya agar tidak menjalankan perintah Allah tersebut. Maka, Ibrahim as. berdo’a kepada Allah agar menunjukan kepadanya seluruh tahapan manasik haji.

“…dan tunjukanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami… (QS. al-Baqarah [2]: 128)

Maka, Allah menunjukan kepada Ibrahim as. seluruh tahapan manasik haji. Tidak hanya itu, Allah pun memerintahkan Ibrahim as. agar menyerukan kepada seluruh manusia untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah.

Dari perjuangan dan pengorbanan Ibrahim as dan keluarganya semoga mendapatkan hikmah untuk seluruh umat manusia dalam membangun peradaban manusia.

Mungkin dari tulisan ini banyak kesalahan dan kekeliruan mohon dima’afkan karena penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

Penulis : Irfan Safari (Pengurus HMI (MPO) BADKO SULAMBANUSA)

Referensi: Buku Anshori. Ihsan. Faiq dkk. 2014. Ibrahim Bapak Semua Agama. Tangerang: Lentera Hati.