ANTM Target Menjadi Perusahaan Global pada Tahun 2030

Bijih feronikel Antam (ANTM) siap ekspor di Pelabuhan Pomalaa, Kolaka, Sultra. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/pd/18)

Bagikan:

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam memiliki ambisi untuk menjadi perusahaan global pada tahun 2030. Target ini akan dicapai dengan fokus pada hilirisasi nikel untuk memproduksi nikel kelas satu yang masuk dalam ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Sekretaris Perusahaan Antam Syarif Faisal Alkadrie menjelaskan bahwa perseroan berpegang pada prinsip hulu ke hilir dalam mengembangkan bisnis. Antam sudah melakukan hilirisasi sejak tahun 70-an dan terus melakukan perbaikan hilirisasi produk mulai dari bauksit hingga nikel.

Khusus untuk hilirisasi nikel, Antam sudah memproduksi nikel kelas dua atau feronikel untuk bahan baku baja nirkarat (stainless steel/SS). Adapun jenis nikel kelas satu yang dimaksud adalah nikel sulfat yang dihasilkan dari pengolahan bijih nikel limonit. Sebelum menjadi nikel sulfat, bijih nikel itu diolah terlebih dahulu menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP) yang mengandung kobalt.

“Terobosan kami adalah ingin masuk ke hilirisasi nikel untuk memproduksi nikel kelas satu,” ujar Syarif di acara webinar ‘Strategi Mencapai Target Investasi 2030 dengan Mendorong Hilirisasi’ yang diselenggarakan oleh Kementerian Investasi/BKPM bekerja sama dengan Investor Daily dan B-Universe di Jakarta.

Menurut Syarif, ekosistem baterai EV merupakan rangkaian hilirisasi nikel. Antam terlibat dalam ekosistem tersebut karena berdasarkan hasil studi lembaga dunia, Indonesia bisa menyumbangkan 7-19% pangsa pasar global. Pengembangan potensi nikel menjadi bahan baku baterai EV menjanjikan.

Selain itu, secara ekonomi Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 21 juta ton atau mencerminkan 22% dari cadangan nikel dunia. Sementara itu, Antam menguasai 4,8 juta cadangan nikel, sekitar 5% dari cadangan dunia.

Prospek penjualan EV di Indonesia berpotensi besar. Dengan membangun ekosistem baterai EV dari hulu hingga hilir, Indonesia akan semakin kompetitif. “Kami memandang hal ini sebagai kekuatan yang harus dimonetisasi, yang salah satunya melalui hilirisasi EV battery. Selanjutnya, ini akan kami wujudkan untuk mewujudkan visi kami di 2030 menjadi perusahaan global,” tambah Syarif.

Sebagai perusahaan tambang, Antam akan berperan dominan di bagian hulu, sedangkan di bagian hilir, perseroan telah membentuk perusahaan patungan bernama Indonesia Battery Corporation (IBC) bersama BUMN lain, MIND ID, PT PLN, dan PT Pertamina.

“Jadi, IBC yang akan terlibat penuh di bagian hilir mulai dari pengembangan prekursor, katoda, battery cell, dan battery recycling,” ujar Syarif.

Meskipun memiliki kekuatan dari sisi cadangan, dari sisi teknologi, kapabilitas, financing, dan pemasaran, Indonesia masih membutuhkan bantuan pihak lain. Oleh karena itu, Antam menggandeng mitra strategis, yaitu PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) dan LG Energy Solution (LG/LGES) sebagai perusahaan kelas satu dan dua untuk mengembangkan ekosistem baterai EV.

RHB menetapkan rekomendasi buy saham ANTM dengan target harga baru Rp 2.890, lebih rendah dibanding sebelumnya Rp 3.100.