ANTAM Berambisi Menjadi Perusahaan Global pada 2030 dengan Fokus Hilirisasi Nikel untuk Kendaraan Listrik
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mengumumkan ambisinya untuk menjadi perusahaan global pada tahun 2030 dengan fokus pada hilirisasi nikel untuk memproduksi nikel kelas satu yang masuk ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Sekretaris Perusahaan Antam (ANTM) Syarif Faisal Alkadrie menjelaskan, perseroan berpegang pada prinsip hulu ke hilir dalam mengembangkan bisnis. Adapun hilirisasi sudah dilakukan Antam sejak tahun 70-an. Seiring perkembangan, dia menegaskan, perseroan terus melakukan perbaikan hilirisasi produk mulai dari bauksit hingga nikel.
Antam telah menjalankan hilirisasi nikel dengan memproduksi nikel kelas dua atau feronikel untuk bahan baku baja nirkarat (stainless steel/SS). Adapun jenis nikel kelas satu yang dimaksud adalah nikel sulfat, yang dihasilkan dari pengolahan bijih nikel limonit. Sebelum menjadi nikel sulfat, bijih nikel itu diolah terlebih dahulu menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP), yang mengandung kobalt.
“Sekarang, terobosan kami adalah ingin masuk ke hilirisasi nikel untuk memproduksi nikel kelas satu,” ujar Syarif di acara ‘Strategi Mencapai Target Investasi 2023 dengan Mendorong Hilirisasi’ yang diselenggarakan Kementerian Investasi/BKPM bekerja sama dengan Investor Daily dan B-Universe di Jakarta, Rabu (29/3/2023).
Menurut dia, ekosistem baterai EV merupakan rangkaian hilirisasi nikel. Antam terlibat dalam ekosistem tersebut, karena berdasarkan hasil studi lembaga dunia, ke depan, Indonesia bisa menyumbangkan 7-19% pangsa pasar global. Itu artinya, pengembangan potensi nikel menjadi bahan baku baterai EV menjanjikan.
Terlebih, dia menegaskan, secara ekonomi, Indonesia berangsur membaik dan memiliki cadangan nikel sebanyak 21 juta ton atau mencerminkan 22% dari cadangan nikel dunia. Sementara itu, Antam menguasai 4,8 juta cadangan nikel, sekitar 5% dari cadangan dunia.
Kemudian, dia menerangkan, prospek penjualan EV di Indonesia berpotensi besar. Artinya, dengan membangun ekosistem baterai EV dari hulu hingga hilir, Indonesia akan semakin kompetitif.
“Kami memandang hal ini sebagai kekuatan yang harus dimonetisasi, yang salah satunya melalui hilirisasi EV battery. Selanjutnya, ini akan kami wujudkan untuk mewujudkan visi kami di 2030 menjadi perusahaan global,” tambah dia.
Sebagai perusahaan tambang, dia menegaskan, Antam akan berperan dominan di bagian hulu, sedangkan di bagian hilir, perseroan telah membentuk perusahaan patungan bernama Indonesia Battery Corporation (IBC) bersama BUMN lain, MIND ID, PT PLN, dan PT Pertamina.
“Jadi, IBC yang akan terlibat penuh di bagian hilir mulai dari pengembangan prekursor, katoda, battery cell dan battery recycling,” ujar Syarif.
Menurut dia, perseroan menyadari, meskipun memiliki kekuatan dari sisi cadangan, dari sisi teknologi, kapabilitas, financing, dan pemasaran, Indonesia masih membutuhkan bantuan pihak lain. Atas pertimbangan itu, Antam menggandeng mitra strategis, yaitu PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) dan LG Energy Solution (LG/LGES) sebagai perusahaan kelas satu dan dua untuk mengembangkan ekosistem baterai EV.
RHB menetapkan rekomendasi buy saham ANTM dengan target harga baru Rp 2.890, lebih rendah dibanding sebelumnya Rp 3.100.