Ringkasan Khittah Pembebasan Dalam Ayat-Ayat Ulil Albab

 Banyak yang bertanya dimana posisi HMI dalam ber-Islam hari ini. Tema HMInews.com sebagai corong media gerakan kader HMI cenderung mengangkat isu yang kontemporer. Semoga kajian dari Kanda Ashad ini mampu menjawab kekeringan wacana ke-Islam-an HMI dan membuka perspektif bahwa HMI bukan saja harus melihat kembali Khittah nya tapi meneladani setiap ayat pembebasannya. Berikut perspektif Kanda Ashad:

Kata ‘ulil-albaab’, secara awam sering diterjemahkan sebagai ‘orang yang berakal’ atau ‘orang yang berfikir’. Dengan pengertian tersebut, belumlah cukup untuk memahami konstruksi “akal” dalam al-Qur’an yang mampu melihat keseluruhan realitas, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat. Pengertian seperti itu juga tidak mampu menjawab persoalan dikotomi ilmu agama dan ilmu umum.

Dalam al-Qur’an, ada 16 ayat yang menunjukkan kaitan ulul albaab dengan berbagai kajian keilmuan kontemporer dan uraian sosoknya sebagai karakter intelektual yang ideal. Kajian atasnya akan menjawab bagaimana sudut pandang Islam atas ilmu-ilmu yang sekarang diajarkan di kampus, posisi al-Qur’an dalam kehidupan modern ini, dan cara berpikir yang historis, futuristik, sekaligus integratif.

Ulul Albaab merupakan sosok yang memiliki intisari pikiran, mampu melihat tidak hanya kulit-kulitnya, tapi masuk pada inti-inti persoalan.  Kalau menggunakan istilah Quraish Shihab, Ulul Albaab adalah orang yang memiliki akal murni, yang tidak diselubungi kulit, yakni kabut ide, yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir. Yang memahami petunjuk-petunjuk Allah, merenungkan ketetapan-ketetapan-Nya, serta melaksana­kan­nya. Sedangkan yang menolaknya pasti ada kerancuan dalam cara berpikirnya, dan dia belum sampai pada tingkat memahami sesuatu. Ia baru sampai pada kulit masalah. Memang fenomena alam dapat ditangkap oleh orang yang berakal, tetapi fenomena dan hakikatnya hanya akan ditangkap oleh orang yang memiliki saripati akal.

Insan ulil albaab adalah prototype intelektual dalam al-Qur’an. Sosoknya dalam keseharian bisa menjadi seorang politisi, birokrat, akademisi, entrepreneur, seniman, dan lainnya. Sebagai politisi, birokrat, akademisi, entrepreneur, seniman, atau predikat sosial lainnya, ia memiliki karakteristik yang membedakannya dengan manusia lainnya. Secara ringkas, dari karakteristik itu yang bisa dilihat adalah sebagai berikut:

–          Hanya takut kepada Allah

–          Senantiasa menjaga spiritualitas dalam kehidupan pribadinya (salah satu contohnya adalah tekun menjalankan shalat malam)

–          Mau belajar dari pengalaman dan sejarah

–          Mampu berpikir integratif (salah satu wujudnya adalah menjadikan al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dengan menghubungkannya dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di kehidupan nyata) sehingga tidak terjebak pada materialisme dan dogmatisme agama, namun justru bisa menemukan korelasi antara ilmu yang dipelajari di perguruan ilmiah dengan ilmu yang ada pada al-Qur’an dan as-Sunnah.

–          Mampu memahami dialektika dalam segala ciptaan Allah sebagai anugerah-Nya dan mensyukuri segala ciptaan Allah untuk kemaslahatan hidup manusia secara selaras alam.

–          Memiliki kemampuan melakukan analisa sekaligus sinstesa.

–          Memiliki komitemen pada moralitas dan pada gerakan pembebasan

Karakteristik tersebut merupakan saripati dari poin-poin khiitah pembebasan yang termuat dalam ayat-ayat ulul albaab. Risalah ini menggunakan kata khittah pembebasan, pembebasan untuk apa? Itulah salah satu yang akan dijawab dengan 16 poin kajian ayat berikut ini:

1. Paradigma Surga Neraka dan Visi Perubahan Sosial

Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (QS. al-Baqoroh [2]: 179)

2. Tiga Kesadaran Kemanusiaan dan Kode Etik Penggerak Perubahan

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (QS. al-Baqoroh [2]: 197)

3. Falsafah Hikmah dalam Dunia Pergerakan

Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. al-Baqoroh [2]: 269)

4. Paradigma al-Qur’an dan Komitmen Moral dalam Pergerakan Sosial

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imroon [3]: 7)

5. Spiritualisme Dialetis dalam Gerakan Sosial

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh Telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, Maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS. Ali Imroon [3]: 190-194)

6. Membangun Creative Minority

Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maaidah [5]: 100)

7. Proyeksi Kesadaran Sejarah dalam Rekayasa Peradaban

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf [12]: 111)

8. Nilai Dasar Pergerakan Islam

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar Karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (QS. Ar-Ra’d [13]: 19-22)

9. Tauhid dan Tema Kemanusiaan dalam al-Qur’an

(al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14]: 52)

10. Metode Berpikir Integratif

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shood [38]: 29)

11. Logika Massa dalam Perubahan Sosial

Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. (Shood [38]: 43)

12. Dimensi Spiritualitas dalam Gerakan Sosial

(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar [39]: 9)

13. Analisa dan Sintesa dalam Pergerakan Sosial

Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. (QS. Az-Zumar [39]: 18)

14. Memahami Aspek Alamiah Gerakan Pembebasan

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi. Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. Az-Zumar [39]: 21)

15. Jebakan Dogmatisme Kaum Beragama

Dan sesungguhnya telah kami berikan petunjuk kepada Musa; dan kami wariskan Taurat kepada Bani Israil, Untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (QS. al-Mukmin [40]: 53-54)

16. Takwa sebagai Penjaga Kontinuitas Gerakan

Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, (QS. Ath-Tholaaq [65]: 10)

Oleh Ashad Kusuma Djaya – Direktur The Siti Jenar Institute (Mantan Pengurus HMI Cabang Yogyakarta)