Mayoritas Saham di Wall Street Bangkit Kembali dengan Menurunnya Inflasi AS

Mayoritas Indeks Wall Street Menguat Pasca Laporan Inflasi AS

Mayoritas indeks Wall Street mengalami kenaikan pada perdagangan Rabu (10/5/2023). Nadaq bahkan melonjak hingga 1%. Hal ini dipicu oleh investor yang beralih ke saham teknologi setelah laporan inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih jinak dari perkiraan.

Nasdaq bertambah 1,04% dan ditutup pada 12.306,44. Sementara itu, S&P 500 naik 0,45% menjadi ditutup pada 4.137,64. Namun, Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan sebesar 30,48 poin (0,09%) dan berakhir di 33.531,33.

Laporan inflasi AS menunjukkan adanya kenaikan sebesar 4,9% dari tahun lalu, angka tersebut di bawah ekspektasi ekonom dan pelaku pasar sebesar 5%. Sedangkan inflasi AS month to month (mtm) sesuai ekspektasi dengan kenaikan 0,4% di bulan April.

Imbal hasil obligasi AS turun setelah laporan tersebut, lebih lanjut mendukung pasar saham yang khawatir tentang suku bunga yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Hasil pada obligasi AS 2 tahun turun sekitar 11 basis poin menjadi 3,91%. Sedangkan imbal hasil 10 tahun turun 8 basis poin menjadi 3,44%.

Menurut Ed Moya, senior analis pasar di Oanda, optimisme untuk proses disinflasi tetap tinggi karena laporan ini menunjukkan harga tempat tinggal tetap tinggi, yang berarti kelambatan yang dilihat dengan harga sewa harus mulai terlihat secara berarti selama beberapa bulan. “Inflasi akan terus menurun selama beberapa bulan ke depan, tetapi turun kembali ke 2% akan jauh lebih sulit mengingat kekuatan di pasar tenaga kerja,” ungkapnya dikutip dari CNBC internasional, Kamis (11/5/2023).

Keuntungan pasar secara keseluruhan tertahan karena saham siklikal, yang paling erat kaitannya dengan ekonomi, diperdagangkan lebih rendah. Saham seperti Nike dan Caterpillar mengakhiri sesi lebih rendah karena beberapa investor beralasan bahwa inflasi melambat karena resesi sudah dekat atau telah tiba.