Indeks Bisa Kembali ke 7.000 dengan Syarat Ini Terpenuhi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menguat sebesar 7,03 poin atau 0,1% ke level 6.736 pada Selasa (23/5/2023), yang menunjukkan tren positif selama dua hari terakhir. IHSG diyakini dapat menembus level 7.000 kembali jika Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) berhenti naik pada bulan Juni mendatang.

Pada hari Selasa kemarin, investor asing melakukan pembelian bersih (net buy) saham senilai Rp 788 miliar. Investor asing membeli saham dari lima perusahaan terbesar, yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 284,56 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 231,86 miliar, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebesar Rp 193,37 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 176,80 miliar, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar Rp 119,44 miliar.

Penguatan IHSG kemarin didukung oleh kenaikan mayoritas sektor saham, yaitu sektor konsumer primer sebesar 1,37%, sektor transportasi sebesar 1,43%, sektor keuangan sebesar 0,19%, dan sektor kesehatan sebesar 0,19%. Sebaliknya, pelemahan terjadi pada sektor saham teknologi sebesar 0,96%, sektor infrastruktur sebesar 0,5%, dan sektor energi sebesar 0,82%.

Menurut Head of Fixed Income BNP Paribas Asset Management, Djumala Sutedja, penguatan IHSG terjadi karena respons positif investor terhadap penyelesaian penentuan plafon utang (debt ceiling) AS. “Mungkin ada korelasi juga dengan kondisi di luar. Saya rasa di luar juga optimisme terhadap penyelesaian debt ceiling turut membantu,” tutur Djumala pada Selasa (23/5/2023).

Simak juga:  Presiden Terima Daftar 6 Nama Calon Pejabat OJK untuk Dipilih

Namun, Djumala menegaskan bahwa kondisi ekonomi makro Indonesia masih solid sehingga IHSG membaik. Dia juga memaklumi volatilitas indeks selama periode Mei 2023 karena likuiditas rendah setelah reli pada Januari-April. Oleh karena itu, pasar menjadi sensitif terhadap isu negatif.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa kinerja IHSG yang mengalami penguatan dipengaruhi oleh optimisme penyelesaian negosiasi US debt ceiling. Dari domestik, fundamental makro ekonomi Indonesia yang relatif solid turut mendukung penguatan IHSG.

Terkait dengan sell in may and go away, Nafan mengakui bahwa kinerja IHSG pada bulan Mei relatif dalam zona merah. Namun, ia berharap ada sentimen positif yang kuat sehingga dapat mengangkat IHSG. Paling tidak, investor mulai bersikap eksekusi buy on deep. Debt ceiling sejauh ini belum menemui kesepakatan komprehensif antara partai Republik dan Demokrat.

Di sisi lain, Helmy Kristanto, analis BRI Danareksa Sekuritas, menegaskan bahwa FOMC yang digelar pada 14 Juni 2023 akan membahas FFR yang kini bertengger di level 5-5,25%. Penghentian penaikan FFR akan memperkuat prospek pasar saham Indonesia sekaligus mendongkrak capital inflow. Derasnya capital inflow menjadi elemen kunci bagi IHSG untuk kembali menembus level psikologis 7.000.

Simak juga:  Pemodal Tunggu Saat yang Tepat untuk Membeli Saham ANTM dan UNVR Setelah IHSG Terkoreksi

Kristanto mencatat bahwa dalam pertemuan The Fed di Washington, Jerome Powell, ketua The Fed, memberikan sinyal bahwa level FFR saat ini cukup untuk menghambat kredit, belanja, dan pertumbuhan ekonomi sekaligus menurunkan inflasi. Namun, beberapa pejabat The Fed menegaskan bahwa penaikan FFR bisa saja terjadi ke depannya.

Ikuti Update Berita Terkini Sekilasinfo.net di : Google News