Harga Minyak Terus Menguat Berkat Pernyataan Perdana Menteri Inggris

Harga Minyak Menguat karena Sentimen Permintaan Fosil Inggris dan Potensi Tekanan pada Pasokan Minyak Rusia

Harga minyak terpantau mengalami kenaikan pada Kamis (11/5/2023). Kenaikan harga ini didorong oleh sentimen dari isyarat permintaan bahan bakar fosil Inggris yang diperkirakan masih akan bertahan dalam beberapa dekade ke depan, dan potensi tekanan lebih lanjut yang berpotensi membatasi pasokan minyak Rusia. Meski demikian, rencana pengesahan RUU NOPEC membatasi pergerakan harga lebih lanjut.

Menurut Tim Research and Development ICDX, Perdana Menteri Rishi Sunak pada hari Rabu mengatakan bahwa Inggris akan membutuhkan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade ke depan. Pernyataan tersebut dilontarkan sebagai tanggapan atas desakan dari Anggota Parlemen Partai Hijau untuk menolak pengembangan proyek ladang minyak Laut Utara dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.

Di sisi lain, pernyataan Sunak tersebut mengisyaratkan permintaan bahan bakar fosil dari Inggris masih akan tetap ada dalam beberapa dekade mendatang. Hal ini turut mendukung pergerakan harga lebih lanjut. Selain itu, Komisi Eropa pada Rabu (10/5/2023) mengajukan proposal paket ke-11 sanksi UE terhadap Rusia, yang dapat mengarah pada penegakan yang lebih kuat dari batas harga G7 pada ekspor minyak Rusia. Berita tersebut memicu kekhawatiran akan berpotensi mengurangi pasokan minyak Rusia ke pasar global.

Simak juga:  Bank Mandiri Melebihi Target Harga Saham dengan Performa yang Meningkat

Sementara itu, Komite DPR AS pada hari Rabu mempertimbangkan RUU No Oil Producing and Exporting Cartels atau NOPEC untuk menekan kelompok produksi minyak OPEC agar berhenti melakukan pengurangan produksi yang dapat mengakibatkan harga bahan bakar lebih tinggi untuk pengemudi AS. Jika disetujui, maka AS dapat mencabut kekebalan kedaulatan yang telah melindungi anggota OPEC+ dan perusahaan minyak nasional mereka dari tuntutan hukum atas kolusi harga. Anggota OPEC+ termasuk Arab Saudi dan Rusia.

Dari sisi persediaan, dilaporkan bahwa stok minyak mentah AS dalam sepekan melonjak naik sebesar 2,95 juta barel, di luar prediksi sebelumnya yang memperkirakan stok akan turun sebesar 917 ribu barel. Sementara itu, untuk stok bensin dilaporkan turun sebesar 3,17 juta barel, lebih besar dari prediksi awal yang memperkirakan stok akan turun sebesar 1,23 juta barel.

Tim Research and Development ICDX menjelaskan bahwa dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 75 per barel. Namun, apabila terjadi katalis negatif, maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 71 per barel.

Simak juga:  IHSG Menguat Terus, Ada 4 Saham Elit yang Menawarkan Peluang Beli Murah!

Demikianlah berita mengenai kenaikan harga minyak yang dipicu oleh sentimen permintaan bahan bakar fosil Inggris dan potensi tekanan pada pasokan minyak Rusia. Meski demikian, rencana pengesahan RUU NOPEC membatasi pergerakan harga lebih lanjut.

Ikuti Update Berita Terkini Sekilasinfo.net di : Google News