Harga Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel Terus Melemah
Harga saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel kembali melemah hingga auto reject bawah (ARB) pada penutupan perdagangan saham awal pekan ini. Berdasarkan data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham NCKL ditutup melemah Rp 70 (7%) menjadi Rp 930. Saham ini bergerak dalam rentang Rp 930-1.020 sepanjang perdagangan hari ini.
Penurunan tersebut menjadikan harga saham NCKL kini ditransaksikan di level terendah baru dan bermain di bawah harga Rp 1.000. Penurunan tersebut menjadikan saham NCKL kini sudah tergerus sebanyak 25,6% dari harga pelaksanaan IPO saham Rp 1.250.
Koreksi harga tersebut menjadikan kapitalisasi pasar (market cap) saham Trimegah Bangun telah tergerus dari posisi IPO senilai Rp 78,87 triliun menjadi Rp 58,68 triliun atau telah menguap Rp 20,19 triliun hanya dalam 22 hari transaksi bursa.
Harita Nickle sebelumnya menggelar listing perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 April 2023. Aksi ini dilakukan setelah menuntaskan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sebanyak 7,99 miliar saham di harga Rp 1.250 per saham. Adapun pemilik manfaat akhir dari perseroan adalah Lim Gunawan Hariyanto yang merupakan anak dari Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, satu orang terkaya di Indonesia.
Sebelumnya, Harita Nickel mencatatkan lompatan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 137,1% menjadi Rp 4,7 triliun pada 2022 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 2 triliun.
Pertumbuhan laba bersih entitas induk tersebut datang dari kenaikan laba entitas asosiasi sebesar 307,7% menjadi Rp 2,9 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 715 miliar. Pertumbuhan juga berasal dari kenaikan pendapatan usaha sebesar 16,3% di tahun 2022 menjadi Rp 9,6 triliun daripada tahun 2021 sebesar Rp 8,2 triliun.
“Peningkatan pendapatan Harita Nickel ini mayoritas disumbang dari peningkatan volume di perseroan dan entitas anak,” jelas Investor Relations Harita Nickel Lukito Gozali dalam keterangannya, Rabu (17/5/2023).
Lukito menerangkan, pada 2022, perseroan berhasil menekan rasio biaya operasi terhadap pendapatan dari semula 11,5% menjadi 7,2% dengan biaya operasi sebesar Rp 947,0 miliar menjadi Rp 691,7 miliar di tahun 2022.
Sementara itu, laba entitas asosiasi melesat 307,7% dari Rp 715 miliar menjadi Rp 2,9 triliun lantaran laba entitas asosiasi tahun 2021 hanya berasal dari kuartal terakhir 2021. Berbeda dengan laba entitas asosiasi di tahun 2022 yang berasal dari 12 bulan penuh. Alhasil, laba periode berjalan Harita Nickel ikut terdongkrak 121% menjadi Rp 4,6 triliun dari Rp 2,1 triliun di tahun sebelumnya.
Dalam mendukung program hilirisasi pemerintah, Lukito juga menyampaikan, Harita Nickel akan melanjutkan investasi dan pembangunan fasilitas produksi untuk menggenjot volume dan nilai tambah produk.