Persatuan Nahdlatul Ulama dan Tantangan Global

7 Ulama Berpengaruh Indonesia tahun 2023

Sebagai negara muslim terbesar di Dunia, Indonesia memiliki beberapa ulama yang berpengaruh dan karismatik. Ulama tersebut memberi kontribusi baik dalam sistem keagamaan dan pendidikan.

Berikut 5 Tokoh Ulama Berpengaruh Di Indonesia versi sekilasinfo.net, selengkapnya simak ulasan berikut ini:

5 Tokoh Ulama Berpengaruh Di Indonesia

1. Gus Yahya Cholil Staquf

Menurut RISSC, Gus Yahya menempati urutan ke-19 dari 50 nama tokoh muslim paling berpengaruh di dunia. Selain itu, dalam kategori cendekiawan atau penceramah, dia menempati urutan ke-9, bersama dengan Jokowi.

Gus Yahya dianggap sebagai figur yang signifikan di bidang administrasi, politik, dan pendidikan oleh RISSC. Disebutkan bahwa pengaruhnya mencakup sekitar 50 juta anggota PBNU.

Gus Yahya telah dimasukkan ke dalam daftar tokoh muslim berpengaruh di dunia untuk tahun ketiga, setelah sebelumnya diterima pada tahun 2022 dan 2021.

Organisasi NU terkenal dengan berbagai kegaiatan keagamaan terutama sholawat, beberapa sholawat yang sering dilantunkan adalah solawat nabi, sholawat burdah, dan seholawat-sholawat lainnya.

2. Habib Luthfi bin Yahya

Habib Luthfi menempati urutan ke-30 dalam kategori tokoh muslim berpengaruh di dunia secara keseluruhan, dan di urutan ke-18 dalam kategori penceramah atau cendekiawan.

Penceramah bernama lengkap Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya memiliki pengaruh cendikiawan. Menurut RISSC, Habib Luthfi memberikan pengaruh berdampak signifikan bagi dunia muslim dengan mendirikan ratusan sekolah, masjid, dan zawiyah di Indonesia.

Saat ini, Habib Luthfi sebagai tokoh muslim Indonesia yang masuk daftar berpengaruh di dunia tahun 2023 juga pernah menjabat sebagai Ra’is ‘Amm di Jam’iyyah Ahli Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah, Ketua Majelis Ulama Indoneisa (MUI) Jawa Tengah, dan pemimpin Ba Alawi di Indonesia.

3. Gus Baha

Nama lengkap Gus Baha adalah KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, dan dia lahir pada 15 Maret 1970 di Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Dia adalah putra dari KH. Nursalim al-Hafizh, seorang pakar Al-Quran dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA di Narukan, Kragan, Rembang. Ia juga berasal dari para ulama, baik dari ayah maupun ibunya.

Gus Baha memiliki pengetahuan yang luas dan luas. Ia telah belajar dari banyak ulama hebat, termasuk KH. Maimun Zubair, KH. Arwani al-Hafizh Kudus, KH. Abdullah Salam al-Hafizh Kajen Pati, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi (Gus Asro), KH. Abdul Hamid Pasuruan (Gus Maksum), dan KH. Ali Maksum (Gus Ali).

Selain itu, ia mengikuti berbagai penelitian ilmiah yang dilakukan oleh lembaga keagamaan seperti Jantiko (Jamaah Anti Koler), Mantab (Majelis Nawaitu Topo Broto), Dzikrul Ghafilin, Majelis Tafsir Al-Quran (MTA), Majelis Rasulullah Saw., dan Majelis Nurul Musthofa.

4. Abah Aos

Abah Aos, juga dikenal sebagai Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, lahir di Ciamis pada 1 September 1944. Dia adalah seorang ulama terkenal, sufi, dan musryid thariqoh.

Dilansir dari mudabicara.com lebih dikenal sebagai Pangersa Abah Aos karena dia adalah Mursyid ke 38 Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) di Pondok Pesantren Suryalaya.

Anak pertama dari pasangan Kiai Ibrahim (juga dikenal sebagai Mama Ibrahim) dan Hj. Siti Muslihat dari Ciamis, yang juga menjadi kiai besar di Ponpes Suryalaya, Tasikmalaya, adalah abah Aos.

Abah Aos belajar agama di Pesantren Gegempalan di Panjalu, Ciamis. Sosok yang disebut-sebut telah menerima karomah dari Abah Anom ini ternyata sangat pintar.

5. Haerdar Nashir

Maju dalam Muhammadiyah. Ia memulai kariernya dari tingkat bawah hingga tingkat pimpinan. Karena namanya belum sepopuler seperti Amien Rais, Syafi’i Maarif, dan Din Syamsuddin, keilmuannya dan kemuhamadiyahannya tidak diragukan lagi.

Pria yang lahir di Bandung pada 28 Februari 1958 ini bergabung dengan Muhammadiyah pada tahun 1983, mendapatkan nomor anggota 54549 dan ditunjuk sebagai Ketua I Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah pada tahun yang sama.

Pada tahun 1985-1990, kariernya berkembang. Haedar menjabat sebagai Deputi Kader PP Pemuda Muhammadiyah sebelum menjadi Ketua BPK dan Pembinaan Angkatan Muda Muhammadiyah.

Selain menjadi anggota Muhammadiyah, pria yang dikenal sebagai Haedar ini juga bertugas sebagai Dosen Program Doktor Politik Islam di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta.